Semakin hari, kehidupan terasa semakin sulit, setiap orang harus bersaing untuk bisa bertahan dalam menjalani kehidupan. Banyak diantara orang yang gagal menjadi stress atau putus asa. Disinilah tasawwuf berperan untuk menjaga keseimbangan hati dan ssebagai upaya agar tidak selalu ingat kepada Allah yang telah menentukan segalanya. Berikut ini wawancara dari NU Online dengan Ketua Jam’iyyah Ahlith Thariqah al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) Habib Lutfi bin Ali bin Yahya tentang peranan tasawwuf bagi masyarakat
Apa manfaat tasawwuf untuk masa modern sekarang ini?
Tasawwuf itu tidak hanya bermanfaat untuk masa modern sekarang ini saja, sampai sepanjang masa diperlukan karena dunia tasawwuf mencerminkan pekerjaan hati, supaya bersih dari segala bentuk yang menyebabkan kesyirikan. Kesyirikan itu kan luas, contohnya kita makan, kalau tidak makan kita berkeyakinan akan mati, apa nasi bisa bikin hidup orang?. Keyakinan sehat adalah segalanya, penyakit tidak bisa bikin mati orang! Penyakit bukan tuhan, inilah diantara jenis kemusyrikan.
Bagaimana hati kita bersih dari syirik kecil, lebih-lebih syirik besar, letaknya tidak di bibir, di mata, tetapi di hati. Sumber dari perbuatan yang kurang baik dan kurang terpuji di sisi Allah adalah kealpaan, lupa kepada yang maha kuasa sehingga timbulnya riya, hasud, dengki, dan sebagainya ini karena kita lupa.
Bagaimana kita bisa bercermin? kita kan memiliki idola, yaitu Rasulullah. Mulut kita bercermin pada Rasulullah, pandangan kita bercermin pada Rasulullah. Tugas tasawwuf membersihkan, supaya kita bersih dalam menjalankan amal dan budi pekerti yang baik. Kalau kita menjalankan syariah, amal ubudiyah tidak didorong atau diwarnai oleh hawa nafsu.
Bagaimana agar kita jeli mana dorongan hawa nafsu dan bukan, tasawwuf yang memberi pelajaran, dan mana yang keluar dari hati yang berkiblat pada kitabullah dan sunnnati rasulullah.
Kalau tarekat sendiri bagaimana, apa bedanya dengan tasawwuf?
Tasawwuf adalah buah daripada tarekat. Tarekat bersumber pada “Bersembahlah sujudlah kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya kalau belum mampu merasa didengar dan dilihat oleh Allah. Kalau kita sudah merasa didengar dan dilihat oleh Allah, mungkinkan kita berbuat yang tidak baik, paling tidak akan menimbulkan rasa malu, kalau sudah seperti itu akan ada koreksi dan introspeksi. Kalau kita sudah malu, menjadikan kita takut, tapi takut dalam pengertian takwa.
Yang namanya ibadah, tak hanya sholat tetapi juga bekerja. Andainya kita mati di tengah jalan, kita mati syahid. Hansip contohnya, niatnya menjaga lingkungan masyarakat, walaupun dia berjalan-jalan, tak membaca tasbih, tetapi itu sudah ibadah. Luas sekali arti ibadah.
Di sinilah tarekat berperan sebagai la ilaha illallah untuk mengganti ukiran hati yang banyak lupa kepada Allah. Bagaimana kita bercermin pada akhlak rasulullah, hati kita dicuci. Yang tadinya lihat orang tentram, kita nga senang, lihat orang bahagia kita nga senang, ada orang diberi pangkat, entah itu pangkat ukhrawi atau duniawi, kita nga senang, tetangga kita kaya malah tidak bangga, inilah diantaranya. Ini semuanya di hati. Hati kita dicuci sehingga kita betul-betul bisa mencapai alaa bidkhirillahi tatmainnul kulub (berzikir kepada Allah akan menenteramkan hati).
Tasawwuf sangat membantu masyarakat kota untuk menjaga keseimbangan batin?
Ya, diantaranya itu. Kita berharap hidup ini bias seperti ikan, hidup di laut, tetapi tidak asin karena memiliki prinsip dan kepribadian. Misalnya pengertian zuhud di sini untuk membersihkan ketaallukan (ketundukan) pada bentuk duniawi, bukan meninggalkan duniawi, jangan salah faham. Bagaimana kita bisa berhaji atau berzakat. Kita ingin bisa berhaji, bukan dihajikan, kita ingin berzakat, bukan dizakati, ya kan. Membersihkan hati pada keterkaitan pada selain Allah. Kita mutlak kembalikan pada Allah sehingga kita kaya, kita dekat dengan pemberi kekayaan, bukan pada kekayaannya, sehingga kita tidak memiliki kekuatiran akan urusan harta. Kekuatiran kita pada pada kondisi iman kita. Kalau kita tidak kuatir tak akan menjaga, apa yang diberi Allah.
Belakangan ini banyak tumbuh aliaran baru, termasuk dalam terekat. Bagaimana Jatman memandang hal ini?
Sebaiknya kita tidak mengatakan aliran ini itu dan sebagainya, Yang penting bagaimana kita mempelajari tasawwuf yang sesuai dengan ajaran assunah dan al Qur’an yang telah diterangkan ahli tasawwuf yang benar. Itu saja yang kita pelajari, nanti kita tahu mana yang benar dan tidak, daripada nanti kita mengatakan munculnya kelompok ini atau itu.
Kalau sulit menentukan aliran mana yang layak diikuti, tanyakan pada guru-guru yang benar-benar mumpuni dalam ilmu tasawwuf sehingga kita tidak sesat dalam mamahaminya, sebab bahasa dalam bahasa tasawwuf sulit. Seperti ungkapan “hiasi dirimu dengan kemaksiatan", padahal maksudnya hiasilah dirimu dengan perasaan banyak dosa, jangan menghiasi dirimu perasaan banyak amalnya.
Mengapa tasawwuf menggunakan bahasa yang tinggi, supaya kaum yang baru, kaum mubtadiin (orang awam), mempelajari hal-hal mendasar dalam Islam seperti caranya wudhu, sholat, sifat Allah, dan sebagainya. Setelah itu cukup, baru mempelajari dunia tasawwuf. Jadi masuk tasawwuf bukan sebagai pelarian, untuk mencari ketenangan. Setelah kita belajar syariatnya, nanti kita betul-betul memahami dimana letaknya tasawwuf.
Bagaimana kalangan tarekat mensikapi politik?
Kita harus menjaga jamiyyah tarekat dari kepentingan politik, tetapi jamiyyah tarekat tidak menghalangi hak individunya dalam menunaikan demokrasinya, asal tidak membawa nama jamiyyah tarekatnya. Jadi wadah ini utuh. Ini yang penting, Kita tidak membenarkan golput, manfaatkan hak dan berilah ketauladanan dari jamaah terakat. Pilgub harus kita jadikan supaya pendewasaan, menambah wawasan yang luas, entah wawasan kebangsaan, agama dan lainnya. Akhirnya kita bisa menjadi contoh bagi ummat dan bangsa yang dalam keadaan dahaga.
Benarkan hanya di Indonesia jamiyyah tarekat ini yang bisa menyatukan seluruh aliran tarekat muktabarah?
Kalau di Indonesia memang semua tarekat bisa kumpul. Masing-masing tarekat punya kelebihan, setiap manusia pun diberi kelebihan masing-masing individunya, tetapi tak harus dijadikan kelebihan dan kekurangan seseorang untuk saling merendahkan. Kelebihan harus bisa menutupi kekurangan yang lain sehingga harus saling mengisi.
Mungkinkan konsep ini bisa dikembangkan ke wilayah lain?
Semoga saja, harapaan kita sama, kebersamaan diantara berbagai aliran tarekat bisa dikembangkan ke kawasan dunia lainnya. (NU Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar