PENGURUS MWC NU KEC. BINONG MENGUCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA

Selasa, 09 Maret 2010

RIWAYAT HIDUP PROF. DR. KH. SAID AQIEL SIRAJ, MA.


A. Identifikasi

A.1 Pribadi

1. Nama lengkap & gelar: Said Aqil Siraj (doktor, magister )
2 .Tempat dan tanggal lahir: Cirebon, 03 Juli 1953
3. Hobby: Membaca dan berwisata

A.2 Keluarga
Nama Isteri: Nur Hayati Abdul Qodir
Nama Anak:
1. Muhammad Said Aqil
2. Nisrin Said Aqil
3. Rihab Said Aqil
4. Aqil Said Aqil

B. Riwayat Pendidikan

B.1 Pendidikan Formal
1. S1 Universitas King Abdul Aziz, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, tamat 1982
2. S2 Universitas Ummu al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, tamat 1987
3. S3 Universitas Ummu al-Qura, jurusan Aqidah/Filsafat Islam, tamat 1994

B.2 Pendidikan Non Formal

1. Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek Cirebon
2. Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri (1965-1970)
3. Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (1972-1975)

C. Pengalaman Organisasi

1. Sekertaris PMII Rayon Krapyak Jogjakarta (1972-1974)
2. Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)
3. Wakil katib ‘aam PBNU (1994-1998)
4. Katib ‘aam PBNU (1998-1999)
5. Penasehat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (GANDI) (1998)
6. Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)
7. Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)
8. Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)
9. Ketua TGPF Kasus pembantaian dukun santet Banyuwangi (1998)
10. Penasehat PMKRI (1999-sekarang)
11. Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)
12. Anggota Kehormatan Matakin (1999-2002)
13. Rais syuriah PBNU (1999-2004)
14. Ketua PBNU (2004-sekarang)

D. Aktivitas Profesional

1. Tim ahli bahasa Indonesia di koran harian Al-Nadwah Mekkah (1991)
2. Dosen di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) (1995-1997)
3. Dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)
4. Wakil direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)
5. Penasehat dosen MKDU di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)
6. Wakil ketua konseptor tim lima perumus AD/ART PKB (1998)
7. Anggota Komnas HAM (1998-1999)
8. Dosen luar biasa Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999- sekarang)
9. Anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan dari NU (1999-2004)
10. Direktur pasca sarjana Unisma (1999-2003)
11. Penasehat Masyarakap Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)
12. Dosen pasca sarjana ST Maqdum Ibrahim Tuban (2003-sekarang)
13. Dosen pasca sarjana Universitas Nahdlatul Ulama UNU Solo (2003-sekarang)
14. Dosen pasca sarjana Unisma (2003-sekarang)

E. Forum Ilmiah

E.1 Pembicara Tingkat Nasional

1. Simposium nasional tentang Transpalansi Ginjal, Jakarta, 08 September 1995
2. Diskusi Panel ITB tentang Pola keterkaitan Pesantren, Perguruan Tinggi dan LSM dalam Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Bandung, 13-14 April 1996
3. Seminar nasional tentang Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari’at: Perspektif Sejarah, Bengkulu, 3-4 Desember 1996
4. Lokakarya nasional Dep. Transmigrasi tentang Transmigrasi Pesantren, Sukabumi, 16-17 Desember 1996
5. Seminar Nasional SDES, Cipayung, 1-2 April 1997
6. Temu tahunan jaringan penelitian IAIN se-Indonesia, Palembang, 16-19 Juni 1997
7. Seminar Hikmah Budhi-KMB dengan tema Buku Aksi Cinta, Jakarta, 11 Oktober 1997
8. Dialog nasional antar generasi, UGM, Yogjakarta, 25 November 1997
9. Simposium Dikbud RI tentang peringatan hari AIDS se-Dunia, Jakarta, 29 November 1997
10. Seminar Wanhankamnas tentang Strategi Pembangunan Nasional, Yogyakarta, 17-20 Desember 1997
11. Lokakarya dan seminar nasional tentang Reformasi Politik, Ekonomi, Hukum, Moral dan Budaya, Surabaya 25-27 Mei 1998
12. Sarasehan Paroki Santa Anna dengan tema Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan, 7 Juni 1998
13. Seminar nasional dengan tema Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa di Era Reformasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jogjakarta, 4 Juli 1998
14. Seminar Bamus antar Gereja dengan tema Wawasan Kebangsaan II dan III, Malang, 6-7 Agustus 1997, dan 4-6 Agustus 1998
15. Seminar sehari IAIN Jakarta dengan tema Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia, Jakarta, 20 Agustus 1998
16. Pelatihan pemuda Therevada di Vihara Dharma Mitra, Malang, 15-17 Agustus 1998
17. Konferensi kerja kerabat pelayanan oleh GKD, GKRI, YMPI, JRC Apostolos, KOS, YMBI, CLR, Bogor, 25-28 Januari 1999
18. Dialog nasional Forum Mahasiswa Syari’ah Se-Indonesia dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik, Jakarta, 17 Februari 1999
19. Seminar setengah hari UKI, Atmajaya dengan tema Pemilu dan Masalah Integritas Bangsa, Jakarta, 4 Maret 1999
20. Seminar nasional Lemhanas dengan tema Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani, Jakarta April 1999
21. Pelatihan bagi pelatih HAM untuk kalangan rohaniawan yang diselenggarakan oleh Komnas HAM, Bogor, 26-30 Juli 1999
22. Temu Nasional Kebangsaan II, Semarang, 5 Agustus 1999
23. Seminar sehari Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya dengan tema Wali Songo, Islam di Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah, Jakarta, 8 September 1999
24. Dialog kerukunan antar umat beragama dengan tema Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka, Jakarta, 27 Februari 2000
25. Sarasehan Lintas Iman dan Wawasan Kebangsaan, Denpasar, 25 Desember 2000
26. Seminar nasional LIPI dengan tema Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru, Jakarta, 23 Januari 2001
27. Seminar nasional Depdiknas dengan tema Reformasi Pendidikan Nasional , Jogjakarta 16-17 Maret 2001
28. Dialog interaktif Mabes Kepolisian Negara RI dengan tema Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat, Jakarta, 25 April 2001
29. Seminar Sekolah Lanjutan Perwira Polri dengan tema Transformasi Kultural dalam Tubuh Polri Menuju Profesionalisme, Jakarta, 14 Juni 2001
30. Musabaqoh Al-Qur’an tingkat V Telkom dengan tema Implementasi Akhlaq Qur’ani, 23 April 2002
31. Halaqoh nasional Depag dalam rangka Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Ahli Al-Qur’an, Jakarta, 28-30 April 2003
32. Seminar dengan tema Kerukunan Umat Beragama di Propinsi DKI Jakarta, Jakarta 3-4 September 2003
33. Simposium nasional Patria (Pemuda Theravada Indonesia) dengan tema Nasionalisme dan Profesionalisme Pers Indonesia, Jakarta, 25-27 Februari 2004
34. Muzakaroh dan Muhasabah Perwira Rohani Islam TNI, Jakarta, 24-27 Mei 2004
- Dan lain-lain

E.2 Pembicara Tingkat Internasional

1. Al-Taqrib baina al-madzahib, Al-islam Din al-Tasamuh, Teheran, Iran 1999
2. Al-Taqrib baina al-madzahib, Huquq al-insan fi al-Islam, Teheran, Iran 2000
3. Konferensi Internasional dengan tema Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian Bishops, Manila, 18-21 Agustus 2003
4. Internasional Conference of Islamic Scholar dengan tema Daur al-Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Hadhoroh al-Syu’bi Indonesiya, Jakarta, 23-25 Februari 2004
5. Internasional Conference of Islamic Scholar II dengan tema Al Mujatama’ al-Islami wa masuliyyatiha alhadhoriyyah, Jakarta, 19- 22 Juni 2006

F. Karya Ilmiah

1. Rasail al-Rusul fi al-‘Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah (Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, (1987)
2. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Antara Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan nilai Cum Laude (1994)
3. Ahlussunah wal jama’ah; Lintas Sejarah (1997)
4. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik Kaum Santri1 (1999)
5. Kyai Menggugat (1999)
6. Ma’rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)
7. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan Aspiras (2006)
- Aktif menulis dalam berbagai media cetak 1995-sekarang

(sumber NU Online)

Kang Said : Perkembangan Gerakan Radikal di tubuh Umat Islam


Untuk mendiskusikan sejarah per¬kembangan gerakan radikal dan eks¬trem di tubuh umat Islam, Ketua PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siraj MA mengungkapkannya dengan gamblang dan jelas, dibawah ini wawancara dengan kang said yang kami kutip dari Majalah Sabili (14/01/2010). Berikut kuti¬pan¬nya:

Sejarah kelompok ekstrem di dalam umat Islam?

Lahirnya kelompok ekstrem sudah ada sejak abad pertama Hijriyah. Tapi kelompok ini
mulai berani menun¬jukkan diri di hadapan Nabi saw sekitar tahun 8 H, pada saat Rasulullah saw baru saja memenangkan perang Hu¬nain. Dalam perang ini ghanimah yang diperoleh melimpah. Dalam pembagian yang dila¬kukan di Ja’ronah, tempat miqad umrah, sahabat senior Nabi seperti, Abu Bakar, Usman, Umar, Ali, Sa’ad dan lainnya tidak mendapat ghanimah. Tapi sahabat yang baru masuk Islam, men¬dapat ghanimah meski mereka sudah kaya.

Tiba-tiba seseorang yang bernama Dzil Khuwaisir maju ke depan dengan som¬bong sambil berkata, “Berlaku adillah wahai Muhammad.” Nabi saw pun berkata, “Celakalah kamu, yang saya lakukan ini adalah perintah Allah dan tidak ada orang yang lebih adil di atas bumi ini melebihi saya.”

Setelah Dzil Khuwaisir pergi, Rasulullah saw bersabda: “Akan lahir (muncul) dari umat Islam orang-orang yang hafal al-Qur’an tapi tidak melewati tenggoro¬kannya (tidak memahami sub¬tansi misi-misi al-Qur’an dan hanya hafal di bibir saja). Mereka itu sejelek-jeleknya makhluk bahkan lebih jelek dari bina¬tang. Mereka tidak termasuk dalam golo¬ngan¬ku, dan aku tidak termasuk dalam golongan mereka,” (HR Shahih Muslim).

Prediksi Nabi saw terbukti pada Ahad pagi, 17 Ramadhan 40 H. Pagi itu Khalifah Rasyidin ke-4, Ali bin Abi Thalib, dibu¬nuh di Kuffah. Pembunuhnya adalah Abdur¬rahman Ibnu Muljam. Sebenar¬nya, yang akan dibunuh ada dua orang lagi yakni, Gubernur Syam (Syria) Muawiyah Bin Abu Sofyan dan Gubernur Mesir Amr bin Ash. Yang akan membunuh kedua pe¬mimpin Islam ini masing-masing adalah Abdul Mubarok dan Bakr Attamimi.

Mengapa mereka membunuh?

Mereka menganggap Sayidina Ali kafir. Kenapa kafir? Karena Ali menerima keputusan hasil musyawarah (per¬jan¬jian), tahun 37 H, antara utusan Khalifah Ali yang dipimpin Abu Musa al-Asy’ari dan utusan Muawiyah yang dipimpin Amr Bin Ash. Masing-masing utusan berjumlah 350 orang. Perjanjian ini dilakukan untuk menghentikan perang saudara, Perang Shifin.

Padahal, mereka yang melakukan pembunuhan adalah kelompok yang memaksa Ali ra untuk menerima per¬damaian (perundingan) ketika pepe¬rangan hampir saja dimenangkan oleh pasukan Ali. Ketika Amr bin Ash mela¬kukan tipuan dengan mengangkat Mus¬haf al-Qur’an sebagai tanda mengajak perdamaian, Ali ra dan Komandan Pasukannya, Malik Ibnul Astar, tidak mempercayainya. Tapi karena didesak oleh sekelompok orang akhirnya Ali pun menerima perjanjian. Anehnya, mereka yang sebelumnya menekan Ali bin Abi Thalib untuk menerima perdamaian, akhirnya menganggap Ali kafir karena menerima perdamaian, dan mereka pun membunuh Ali ra.

Kelompok ini memakai mushaf hanya untuk melegitimasi tindakannya?
Nah itulah. Mereka adalah ke¬lom¬pok yang tidak memahami Islam. Me¬reka rata-rata adalah qaimul lail, qaimun nahar, hafidzul qur’an. Mereka hafal al-Qur’an, setiap malam shalat Tahajud, hampir tiap hari puasa sunnah, jidad¬nya hitam, dan lututnya kapalan untuk sujud. Gam¬ba¬ran ini diriwayatkan secara detail dalam syarah-nya Shahih Muslim, termasuk sosok Dzil Khu¬waisir. Imam Nawawi menjelaskan, Dzil Khuwaisir adalah sosok yang berjidat hitam, kepalanya botak tidak berambut, tinggi gamisnya setengah kaki, dan jenggotnya panjang.

Apakah ini cikal bakal tumbuhnya kelompok ekstrem di dalam umat Islam?

Iya, karena dari kelompok yang mem¬bunuh Khalifah Ali inilah lahir kelompok yang disebut Khawarij. Ke¬lompok ini memiliki prinsip, orang yang melakukan dosa besar satu kali dianggap kafir. Jadi, Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, Aisyah, Thalhah, Zubair dan sahabat Nabi saw lainnya yang terlibat Perang Jamal atau Shifin yang membunuh sesama Muslim, dianggap kafir.

Kelompok ini berkembang menjadi oposisi pemerintah sepanjang masa. Kelompok ini juga memiliki militansi luar biasa dan cenderung nekat, karena 80 orang berani melawan penguasa Bani Umayyah. Akibatnya, mereka pun tidak pernah menang, jika mati dalam pepe¬rangan mereka menganggapnya syahid. Kelompok ini pecah menjadi beberapa kelompok seperti, azariqah dan najdad. Yang paling ekstrem yakni Azariqah menga¬takan, pokoknya selain orang khawarij adalah kafir.

Awalnya, Ali ra tak menggubris, tapi setelah kelompok ini membunuh Ab¬dullah bin Khabbab dan istrinya karena tak mau mengkafirkan Ali, lalu Ali ra memerintahkan pasukan memerangi mereka. Terjadilah peperangan semua lawannya tewas dan menyisakan enam orang, dua diantaranya lari ke Bahrain, dan Afrika Utara.

Untuk menanggapi slogan kelompok ini yang mengatakan, la hukma Ilallah (Tidak ada hukum kecuali hukum Allah). Ali ra mengatakan, Kalimatu haqqin uridu bihal baathil (Perkatakan mereka benar bahwa tidak ada hukum selain hukum Allah, tapi yang tidak benar adalah motif, tujuan, dan tendensi dari perkataan itu yang digunakan sebagai alat mengka¬firkan orang lain).

Apa hubungannya dengan berdirinya dinasti Saud di Arab Saudi?

Sampai akhir abad 17, jazirah Arab masih terbagi empat wilayah, bagian utara berpusat di Syam (Syiria), timur di Nejd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman. Tapi awal abad 18, Gubernur Nejd, Muhammad Ibnu Saud, yang didukung seorang ulama bernama Mu¬ham¬mad bin Abdul Wahab memisahkan diri dari Khilafah Usmani. Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang meme¬rintahkan Gubernur Mesir, Raja Fuad, untuk memeranginya. Dalam pertem¬puran ini Muhammad Ibnu Saud bisa dikalahkan dan salah satu anaknya, Faisal terbunuh.

Tapi Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu Muham¬madh Saud melarikan diri ke Bahrain menghimpun kekuatan. Begitu ada ke¬sem¬patan, dengan dukungan pasukan yang sangat militan, Abdul Aziz menye¬rang Makkah. Begitu masuk Makkah, mereka langsung meratakan semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah, Abdullah bin Zubaer, Asma binti Abu Bakar, dan semua kuburan para ulama.

Situs-situs sejarah perkembangan Islam juga dibongkar seperti, rumah Abdul Muthallib dijadikan toilet, rumah Sayidina Ali dijadikan kandang keledai, Babu Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dibongkar, Baitul Arqam (tempat pengkaderan Assabi¬qun al Awalun) dibongkar, Darun Nadwah dibongkar, dan tempat mengajar Imam Syafi’i juga dibongkar.

Minggu, 07 Maret 2010

LAKPESDAM NU SUBANG SELENGGARAKAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN KADER NU


Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kabupaten Subang menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan Kader NU bertempat di Aula PCNU Kabupaten Subang dari tanggal 06-07 Maret 2010, dengan tema “Memperkuat Sumber Daya Manusia NU Kabupaten Subang yang Mandiri dan Berkeadaban”. Acara yang dibuka Ra’is PCNU Subang Drs. KH. Moh. Musa, M.Si. ini menghadirkan antara lain nara sumber KH. Dr. Masdar Farid Mashudi (Ketua PBNU), H. Moh. Surjani Ichsan (Pengurus PWNU Jawa Barat), Anggota DPRD Kab. Subang, PP Lapesdam NU.

Drs. KH. Moh. Musa menyambut baik pelatihan yang diselenggarakan Lakpesdam NU Subang ini. Menurutnya, melalui kegiatan ini diharapkan warga NU akan semakin luas pemikiran maupun wawasannya. Dengan demikian, NU ke depan tidak hanya berpotensi dari sisi kuantitas saja namun juga dari sisi kualitas.

Ketua Tanfidziyah NU Kabupaten Subang, KH. Musyfiq Amrullah, Lc., M.Si. menjelaskan, Pelatihan ini merupakan program tahun kedua PCNU. Untuk selanjutnya insya Allah, pelatihan imam dan khotib, pelatihan kesehatan. dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk peningkatan kualitas warga NU.

Sementara KH. Dr. Masdar F Mashudi mengupas tentang orientasi pengurus NU. Dikatakannya, sekarang sudah saatnya mata NU melihat kebawah, kembali melayani umat. Jangan menengadah keatas atau kekuasaan. Menurutnya, NU harus kembali ke khittah, kembali melayani umat, bertaqarrub kepada Allah yang realistis adalah mendekat kepada umat.

Masdar menjelaskan, memakmurkan masjid adalah contoh melayani umat. Masjid harus memiliki muatan social dan menjadi basis keumatan. Masdar menegaskan, bahwa tiap masjid perlu dibentuk anak ranting NU, untuk menangkal faham-faham wahabi yang mulai menyebar ke daerah.

Masdar mengingatkan, masjid NU harus ada symbol-simbol NU, seperti kalender NU. Pembuatan Plang-plang juga perlu di realisasikan hal ini penting karena organisasi sesuatu yang abstrak, maka diperlukan symbol-simbol, tegasnya.
Ketua Lakpesdam NU Subang, Asep Alamsyah HD, SE., mengatakan bahwa pelatihan ini diikuti oleh seluruh 20 MWC, 6 Banom, 6 Lajnah se-kabupaten subang. Pelatihan ini ditutup oleh Ketua Tanfidziyah NU Kabupaten Subang, KH. Musyfiq Amrullah, Lc., M.Si.